Loading

Sabtu, 10 Januari 2009

INDAHNYA SUSAN, NIKMATNYA TANTE BETTY




Suasana rumah Tante Betty petang itu masih lengang. Hanya tampak satu sepeda

motor milik Randy dan sebuah mobil Kijang terbaru yang baru saja memasuki

garasi. Randy dan kakaknya, Susan, berlibur di rumah Tante Betty untuk mengisi

liburan kenaikan kelas. Tante Betty sebagai wanita karier sering merasa kesepian

karena ia belum bersuami. Ia sangat senang apabila ponakan-ponakannya berkunjung

ke rumahnya, apalagi sampai menginap lama seperti yang dilakukan anak dari kakak

pertama dan keduanya itu.



Susan baru saja pulang dari rumah Nina saat waktu menunjukkan pukul setengah

delapan malam. Melihat suasana rumah sedang kosong ia segera masuk kamar.

Matanya tampak sembab menandakan ia baru saja menangis. Meskipun jauh-jauh hari

Susan sudah merasakan perubahan sikap Ari, namun tetap saja kaget dengan

keputusan kekasihnya itu untuk tidak meneruskan hubungan mereka lagi. Apalagi di

telepon tadi, Ari yang mengatakan bahwa mereka tidak cocok seperti dibuat-buat

saja. Tapi Susan juga bukan gadis yang lemah. Baginya, tidak ada alasan baginya

untuk menjadi gadis yang cengeng diusianya yang telah menginjak delapan belas.



Pintu kamar Susan tiba-tiba saja terbuka. Kepala Randy muncul dari balik pintu

sambil tersenyum.

"Baru datang, Kak?", tanya Randy sambil ngeloyor masuk meski kakaknya sedang

berganti pakaian. Randy berjalan acuh tak acuh.

"Iya?", jawab Susan singkat. Pikirannya masih sumpek dengan kejadian tadi siang.

Segera saja direbahkan badannya di kasur setelah mengganti baju perginya dengan

daster tipis.

"Kok, lesu gitu..., Kenapa?", Randy yang baru kelas dua SMP itu menghampiri

Susan. Ia juga kemudian merebahkan badannya disamping kakaknya tersebut. Susan

hanya diam saja seolah tidak mendengar pertanyaan adiknya. Matanya menerawang

melihat langit-langit kamar. Randy pun akhirnya memperhatikan sepupunya

tersebut. Susan memang benar-benar cantik. Kadang-kadang ia merasa lebih senang

kalau Susan bukan saudaranya. Mungkin karena seringkali ia tanpa sadar mengagumi

tubuh Susan. Entah mengapa akhir-akhir ini minatnya terhadap wanita begitu

meningkat. Ia bahkan suka sekali melihat-lihat pose wanita di majalah

kosmopolitan milik kakaknya itu. Biasanya ia jadi terangsang dan onani di kamar

mandi.



"Sret...", Sepersekian detik posisi tangan Susan bergerak memangku kepalanya

sendiri dan tanpa ia sadari belahan baju di dadanya menjadi terbuka. Melihat hal

demikian Randy jadi sedikit canggung. Ia kebingungan sekaligus menyukai

pemandangan itu. Randy agak berdebar-debar ketika ia semakin jelas melihat lekuk

buah dada kakaknya yang tampak ranum dan indah. Apalagi tampak tonjolan puting

di balik daster tipis itu. Batang penisnya terasa sedikit mengeras.



Karena dorongan hasratnya, Randy memberanikan diri perlahan-lahan mendekati

tubuh Susan. Ia merangkul pinggang kakaknya tersebut. Merasakan sentuhan di

tubuhnya, membuat rasa sedih Susan semakin mendalam. Air matanya mulai keluar

dan ia segera membalikkan badan membelakangi adiknya. Ia tidak mau menangis di

hadapan Randy. Posisi demikian membuat Randy bisa merangkul Susan dengan leluasa

dari belakang.

"Kamu cantik deh..., malam ini..", ucap Randy tanpa sadar. Susan pun hanya diam

saja. Yang ia butuhkan saat ini hanyalah ada orang yang menyayanginya.



Randy kemudian melingkarkan tangannya ke pinggang Susan. Gadis yang merasa

sedang bersedih itu sedikit bergerak lebih mendekatkan badannya ke dalam pelukan

Randy. Ia ingin ada orang yang menghiburnya disaat-saat seperti ini. Respon

Susan ini membuat Randy berani menggerakan tangannya dengan lembut untuk

menyentuh bagian bawah buah dada sepupunya. Susan hanya memejamkan mata saja.

Posisi tubuh yang berhimpitan itu membuat pikiran Randy semakin tidak menentu.

Apalagi batang penisnya yang berhimpitan dengan pantat Susan. Perlahan ia mulai

meremas dengan halus buah dada sepupunya tersebut.



Susan pun dalam keadaan sedang sedih menjadi merasa sangat tenang karena adiknya

seperti mengerti kesedihannya. Ia tahan terhadap seorang sepupu. Ia juga

membiarkan telapak tangan Randy membelai-belai buah dadanya yang memang tidak

memakai beha. Belaian Randy pada bagian tubuhnya yang sensitif tersebut membuat

jantung Susan sedikit berdebar-debar. Tapi ia segera menganggap wajar sentuhan

kasih sayang sepupunya tersebut.



Randy pun mulai berani menciumi bagian tengkuk leher Susan sambil memasukkan

tangannya ke dalam daster Susan. Perasaan Susan menjadi sedikit tidak karuan. Ia

mulai menyadari bahwa sentuhan sepupunya bukan lagi sentuhan kasih sayang, tapi

di satu sisi ia amat menikmati sentuhan itu. Terutama remasan telapak tangan

Randy terhadap puting susunya. Perasaan sedih yang sedang ia alami seperti

berganti dengan keinginan untuk terus dibelai. Ia ingin menghentikan Randy,

namun sentuhan itu membangkitkan perasaan lain dalam kesedihannya. Sentuhan-sentuhan

halus itu membuat bulu tengkuknya berdiri. Buah dadanya pun menjadi agak

mengeras oleh karena sentuhan dan remasan lembut tangan Randy.

"Ran, mmh..., udah ah..., aku kegelian", akhirnya Susan berusaha menyudahi

aktivitas itu.

"Ah, aku kan sayang sama kamu", sahut Randy sambil sedikit ngos-ngosan. Ia masih

saja merabai tubuh sepupunya. "Engh, badanku jadi lemas semua nih", tanpa sadar

Susan berucap sambil setengah merengek. Kemaluannya bagian bawah pun mulai

terasa hangat dan lembab.



Randy tidak menghiraukan perkataan sepupunya tersebut, ia masih terus meremas-remas

payudara Susan. Malah ia mulai memasukkan satu tangannya ke dalam celana dalam

sepupunya. Bulu-bulu halus di kemaluan Susan pun terasa di telapak tangan Randy.

Iapun menyentuh bibir vagina sepupunya itu. Susan menggelinjang. Nafasnya mulai

tidak terkontrol. Kesadarannya pun mulai hilang. Sekilas ia hanya menyadari

bahwa ia sedang dicumbui oleh sepupunya sendiri. Kemaluannya sudah mulai

berdenyut-denyut.



Randy secara lembut namun penuh nafsu mulai merebahkan tubuh Susan. Kemaluannya

seperti ingin membutuhkan sesuatu. Ditindihnya tubuh sepupunya dengan birahi

yang mulai tidak terkontrol. Segera saja ia buka kancing daster sepupunya.

Tampak dengan jelas kedua belah buah dada sepupunya yang indah itu dengan

putingnya yang telah berdiri tegak. Ia langsung mengulumi puting buah dada

sepupunya tersebut.



"Ran..., ngmhhnghh..., udah dong..., ssshh", ucap Susan ketika sekilas

kesadarannya datang. Namun Randy sudak asyik dengan aktivitas birahinya.

Lidahnya mempermainkan puting susu sepupunya dengan penuh perasaan. Mata Susan

terpejam dan tangannya membelai kepala Randy, merasakan kenikmatan jilatan-jilatannya.



Randy akhirnya mulai tak sabar, ditariknya turun celana dalam sepupunya

tersebut. Susan sudah benat-benar dikuasai nafsu. Ia tidak sadar ketika celana

dalamnya terlepas. Randy pun segera memelorotkan celana pendeknya sendiri sampai

batang penisnya terlihat tegak. Dikangkangkannya kedua kaki Susan dengan

perlahan. Kemualuannya segera ia arahkan ke dalam pangkal paha Susan. "Sleep!",

Setengah detik kemudian kemaluan Randy mulai memasuki liang vagina Susan. Terasa

hangat dan empuk. Sesaat Susan seperti tersadar apa yang sedang terjadi, namun

kesadarannya langsung hilang ketika Randy mulai menggerakan pinggangnya naik

turun.



Napas Randy semakin ngos-ngosan tatkala tubuhnya mulai bergerak menindih tubuh

sepupunya yang mulus itu. Buah dada Susan bergoyang-goyang karena gerakan

sodokan Randy terhadap tubuhnya. Semuanya seperti tidak dapat dihentikan begitu

saja. Kesadaran Susan pun telah musnah berganti kebutuhan untuk dicumbui. Ia

akhirnya juga merespon gerakkan yang dilakukan sepupunya tersebut. Kemaluannnya

berdenyut-denyut ketika penis sepupunya terus bergerak dalam liang kemaluannya.

Pinggangnya bergerak berputar-putar dan sambil merintih penuh rasa nikmat.



"Ran..., nghh enghhnak.., enghh terusshhssshh", rintih Susan dalam kenikmatan.

Desahan Susan membuat nafsu Randy semakin menjadi-jadi. Ia sama sekali tidak

menyadari bahwa gadis yang sedang ia setubuhi adalah kakak sepupunya sendiri.

Konsentrasi Randy hanyalah pada gerakan tubuhnya yang maju mundur. Batang

penisnya seperti dipijit-pijit di dalam lubang kemaluan Susan. Ia semakin

mempercepat gerakannnya karena terasa sesuatu yang mendesak batang kemaluannya.



"Engghh..., yang..., engghh lebihhss kerasssh..ssshh", Susan mendesah merasa

saat itu dirinya telah membubung tinggi. Randy semakin mempercepat gerakannya.

Bunyi kecepak-kecepuk menjadi semakin berirama. Randy merasa kemaluannya seperti

akan meledak. Gerakannya kini telah menjadi hentakan-hentakan. Susan masih terus

memeluk erat tubuh sepupunya sambil matanya terus terpejam.

"Esshh..., Ahh..., ahh..ampirr..., ashh", Susan mendesah-desah. Ia merasa

tubuhnya sudah hampir mencapai puncak. Gerakan tubuh keduanya menjadi sangat

cepat.



Tiba-tiba Randy menghentakkan badannya dengan keras dan lama ke dalam tubuh

sepupunya. Kedua tubuh itu tampak bergetar. Tangan Susan pun memeluk tubuh Randy

tak kalah eratnya. Keduanya telah sampai dipuncak kenikmatan.



Adegan kedua sepupu itu tanpa disadari sebenarnya dilihat oleh Tante Betty dari

balik pintu. Tante Betty benar-benar bingung dengan apa yang dilihatnya. Ia

sebenarnya ingin segera memasuki kamar itu namun ia segera menyadari bahwa hal

itu dapat memperburuk keadaan. Beberapa saat kemudian Tante Betty melihat

keduanya tampak tertidur. Kedua ponakannya itu terkulai lemas dalam keadaan

telanjang. Dengan perlahan ia memasuki kamar itu dan mendekati ranjang tempat

dua ponakannya tertidur lelap.



Ia mulai menatap wajah kedua ponakannya dengan rasa galau. Mungkin karena aku

terlalu sibuk sehingga hal ini sampai terjadi ucapnya dalam hati. Dengan

perlahan ia mulai menaiki kasur dan mendekatkan badannya pada tubuh Susan.

Dipeluknya gadis ponakannya itu dengan penuh rasa kasih sayang. Melihat tubuh

gad





Indahnya Susan, Nikmatnya Tante Betty 02





Merasakan apa yang baru saja dilakukan tantenya terhadap penisnya, Randy menjadi

berani. Dibukanya ritsluiting atas daster tantenya. Tampak di depan matanya buah

dada yang lebih besar dari kepunyaan Susan. Tampak pula tonjolan mungil puting

Tante Betty yang berwarna merah kecoklat-coklatan. Randy sudah tidak sabar. Ia

langsung mengulum puting susu tantenya yang sudah mulai menegang itu. Buah dada

tantenya pun mulai terasa mengeras.



Tante Betty kebingungan dengan apa yang dilakukan ponakannya itu. Sekilas hampir

saja ia beranjak bangun. Seharusnya ia menegur yang dilakukan ponakannya itu.

Tapi jangan-jangan ia tahu apa yang tadi kulakukan, pikir Tante Betty. Ia

menjadi takut sendiri kalau hal itu benar-benar terjadi. Pasti bisa memalukan

dirinya jika ponakannya melapor pada mamanya.



Akhirnya dengan pasrah, Tante Betty tetap berpura-pura tidur. Apalagi sentuhan

lidah Randy pada putingnya membawa kenikmatan yang luas biasa. Bahkan ia mulai

menikmati sepenuhnya ketika kuluman Randy disertai gigitan kecil. Tante Betty

pun mengigit bibir karena cumbuan ponakannya.



"Ssshh...", tanpa sadar Tante Betty mendesah penuh kenikmatan saat Randy

mengulum puting buah dadanya. Ia pun memegangi kepala ponakannya dengan penuh

kelembutan seperti tidak boleh membiarkan aktivitas itu berhenti. Kesadarannya

mulai kabur dan seluruh sendi tubuhnya menjadi sangat lemas.



Randy tahu bahwa tantenya berpura-pura tidur. Ia juga tahu kalau tantenya benar-benar

menikmati semua yang dia lakukan pada tubuh tantenya itu. Hal ini semakin

membangkitkan keberaniannya. Ia segera membuka daster Tante Betty sambil terus

mengulum puting serta meremas-remas tubuh Tante Betty. Dijilatinya seluruh tubuh

tantenya.



"Enghh..., ahhng..., ahh..., ngggssssh", Tante Betty mendesah tanpa mampu

menahan apa yang dilakukan ponakannya tersebut. Tubuhnya seperti tidak mau

berhenti dijilati. Saat ini dia hanya ingin terus disentuh dengan penuh

kemesraan.



Napas Randy mulai ngos-ngosan. Kebutuhannya untuk memuaskan dorongan

kebutuhannya membuat ia segera membuka celana dalam Tante Betty. Pemandangan

bulu-bulu halus di sekitar kemaluan tantenya membuat Randy semakin bernafsu.

Diarahkan batang penisnya ke dalam selangkangan tante Betty.



"Sleep!", Batang Penisnya pun telah masuk ke dalam lubang kemaluan tantenya.

Tante Betty merasakan tubuhnya dimasuki sesuatu yang terasa luar biasa enaknya.

Matanya terpejam sangat dalam. Tubuhnya mulai merespon gerakan naik turun Randy.

Nafasnya tidak teratur dipenuhi dengan dorongan nafsu yang mulai tinggi.



"Aahh..., essshh..., ahh", Tante Betty mulai mengerang kenikmatan. Ia pun

memegangi pantat Randy untuk membantu gerakan naik turun. Mendengar suara

desahan-desahan Susan pun terbangun. Ia sedikit terhenyak melihat tubuh tantenya

dalam keadaan telanjang ditindih oleh Randy. Dilihatnya Randy dengan penuh nafsu

menyetubuhi Tante Betty. Susan pun agak bingung bahwa Tantenya itu justru

merepon dengan desahan-desahan. Tangan Randy memegangi paha Tante Betty dan

pinggangnya terus bergerak di sela-sela selangkangan tantenya itu. Melihat

adegan sepupu serta desahan tantenya dalam ruangan yang remang-remang ini

membuat Susan mulai terangsang.



Tanpa sadar Susan mendekati wajah tantenya itu. Diciumnya bibir Tante Betty.

Tante Betty pun dalam keadaan yang sudah di awang-awang segera merespon ciuman

itu dengan lumatan yang penuh birahi. Randy sudah asyik dengan aktivitas maju-mundur

untuk meningkatkan kenikmatannya.



"Eng..., sssh..., nikmat..., Ran", desah Susan sambil disela-sela ciumannya

dengan Tante Betty. Penis Randy terasa semakin tersedot-sedot. Suara kecepak

kecepok menjadi semakin keras dan berirama sering dengan gerakan Penis Randy

memasuki liang vagina Tante Betty.



Susan semakin larut dengan permainan tante dan sepupunya itu. Vaginanya pun

telah menjadi basah karena terangsang melihat adegan sepupu dan tantenya itu.

Kepala Susan kemudian bergerak turun. Bibirnya mengulum puting dan tangannya

meremas-remas buah dada tantenya.



"Enghsss..., enghh..., terusshhin..., engshh", Tante Betty semakin merasa

terbang di awang-awang. Gerakan Randy membuat vaginanya terasa sangat nikmat.

Jilatan lidah Susan pada putingnya semakin membuat nafsunya menjadi-jadi.

Nafasnya menjadi semakin tidak teratur. Cumbuan kedua ponakannya memenuhi

kebutuhan seksualnya yang sudah tertahan belasan tahun. Tubuhnya pun ikut maju-mundur

seiring dengan gerakan Randy. Ia pun semakin mempererat pelukannya pada Randy.

Gerakan maju-mundur Randy diimbangi dengan gerakan bergoyang-goyang oleh Tante

Betty. Aktivitas ini membuat ia merasa ada sesuatu yang mendesak. Tante Betty

semakin mempercepat goyangannya. Ia memeluk Randy sangat erat sambil terus

mengoyangkan pinggulnya dengan cepat. Tiba-tiba tubuh Tante Betty menegang dan

vaginanya berdenyut-denyut seperti meledakkan sesuatu. Ia merasa tubuhnya hancur

berkeping-keping dalam kenikmatan.



"Ran..., ganti aku aja..., Tante udah lemas tuh", ucap Susan tanpa malu-malu. Ia

segera mengangkangkan kakinya. Nafsunya sudah memuncak dan harus dipenuh.

Seluruh bagian tubuhnya seperti menuntut untuk dicumbui.



Randy pun menarik penis dari kemaluan tantenya yang telah terkulai itu.

Diarahkannya batang kemaluannya itu ke arah lubang kemaluan Susan yang telah

mengangkang itu. "Sleep!", Penisnya langsung terasa tersedot-sedot. Ditindihnya

tubuh sepupunya itu.



Mereka sudah dikuasai oleh birahi yang tak tertahankan. Kebutuhan itu saling

memuaskan membuat tidak ada lagi kecanggungan diantara mereka. Randy menciumi

buah dada Susan sambil pinggang melakukan gerakan naik turun. Susan melingkarkan

tangannya pada punggung Randy.



"Enghh terusshh..., Ran..., masukin terus..., enggsshh", desah Susan sambil

matanya masih terus terpejam. Dengan perlahan Randy menarik tubuh Susan agar

duduk di atas pinggang Randy. Posisi ini semakin membuat penis Randy lebih bisa

masuk lebih dalam lagi. Tangan Randy memegangi pantat sepupunya itu. Susan juga

merasa vaginanya terisi lebih penuh oleh batang kemaluan Randy.



Randy semakin merasa penisnya disedot-sedot oleh kemaluan sepupunya. Susan yang

berada di atas tubuh Randy mulai menggerakkan bandannya. Keduanya telah larut

dalam gerakan berirama. Randy semakin memperdalam gerakannya pada selangkangan

sepupunya. Susan pun mencontoh gerakan tantenya dengan menggoyang-goyang

pinggangnya.



"Enghh..., terus..., Ran..., Enghh enaahkk", mata Susan terpejam dan bibirnya

mendesah. Randy terus menggerakan pinggangnya semakin cepat. Goyangan Susan pun

menjadi samakin cepat pula. Kedua tubuh itu telah menyatu dalam kebutuhan yang

tak tertahankan. Vaginanya terasa semakin berdenyut-denyut oleh sodokan-sodokan

penis sepupunya itu.



"Lebihh kerashh..., enghh lagi", Susan merasakan tubuhnya akan meledak. Gerakan

keduanya menjadi semakin cepat dan keras. Tiba-tiba saja tubuh keduanya menegang

secara bersamaan tanda mereka mencapai puncak kenimatan bersamaan. Beberapa saat

kemudian ketiganya sudah tertidur pulas dalam keadaan telanjang



Peristiwa semalam tampaknya dianggap seperti tidak pernah ada oleh Tante Betty.

Saat makan pagi, tante Betty tampak berusaha bersikap santai.

"Ran, kamu mau kemana hari ini", tanya Tante Betty sambil mengoleskan mentega

pada roti tawarnya. Ia sudah mengenakan busana kerja. Blus krem dan rok span

abu-abu.

"Mungkin ke toko buku, ada novel Shedney Shieldon yang baru", ucap Randy sambil

berpura-pura membaca koran. Ia masih sungkan dengan Tante Betty mengingat apa

yang dilakukannya semalam. Ia takut kalau sampai Tante Betty lapor ke mamanya.

Bisa-bisa aku dibunuh oleh Papa, pikirnya.

"Kalau gitu ini buat beli novelnya", ucap Tante Betty sambil menyodorkan dua

lembar uang lima puluh ribuan. Randy pun mendongakan kepalanya sambil terheran-heran.

Dilihatnya Tante Betty mengangguk. Tanda ia harus menerima uang itu.

"Makasih ya, Tante", ucap Randy sambil menyorongkan badannya memeluk Tante

Betty, Merekapun berangkulan erat.

Tiba-tiba Tante Betty berbisik", Yang tadi malem jangan kasih tau siapa-siapa

ya, Ran".

"Iya, Tante". Kemaluan Randy terasa mengeras.

"Terus kalau Randy takut tidur sendirian, tidur di kamar Tante aja ya", ucap

Tante Betty dengan nada datar. Ia tidak mau Randy menangkap keinginannya. Namun

bagi Randy kata-kata itu seperti undangan yang sangat jelas maksudnya.



Randy pun sedikit melonggarkan pelukannya dan melihat wajah Tante Betty tampak

agak memerah. Hasrat untuk melakukan aktivitas seperti semalam menggelegak dalam

dirinya. Tanpa sadar diciumnya bibir Tante Betty. Pertama lembut namun kemudian

semakin ganas. Kebutuhannya mulai tak tertahankan. Tante Betty sempat gelagapan

dengan apa yang dilakukan oleh Randy. Ia tidak mengira Randy sudah berani

terang-terangan. Namun sekian detik kemudian ia mulai membalas ciuman itu.

Mereka saling melumat lidah dan menghisap. Ia bahkan membiarkan tangan Randy

membuka kancing blusnya. Tangan Randy segera menyisihkan BH dan meremasi buah

dadanya. Semakin lama buah dada itu terasa mengeras.



"Sudah, Ran. Tante mau ke kantor", ucap Tante Betty sambil berpura-pura tidak

mau. Namun tampaknya Randy tidak peduli. Ia mulai menciumi leher tante Betty

dengan lembut. Tangannya yang satu bahkan mulai mengangkat span abu-abu itu

hingga celana dalam tante Betty terlihat. Tangan Randy pun mulai menggerayangi

sesuatu yang ada di balik celana dalam itu.



"Ash..., neghh, udah, Ran", desah Tante Betty. Ia tidak ingin terlambat. Tender

proyek dua M itu bisa hilang, pikir tante Betty. Namun apa yang dilakukan

ponakannya ini benar-benar terasa nikmat. Akhirnya ia membalikkan badan dan

segera menurunkan celana dalamnya.

"Udah, Ran dari belakang aja", ucap Tante Betty sunguh-sungguh. Rani, teman

kantornya, pernah mengatakan kalau pria bersetubuh lewat belakang akan cepat

ejakulasi. Paling tidak ia masih sempat merasakan persetubuhan dan tidak

terlambat ke kantor.



Kesempatan itu tidak disia-siakan Randy. Dipelorotkannya celana pendeknya.

Batang penisnya tampak sudah sangat tegang. Perlahan diarahkannya penisnya ke

vagina Tante Betty. "Sleppp!", Penis Randy mulai memasuki lubang kemaluan Tante

Betty. Lututnya seperti hampir copot ketika penis itu masuk ke dalam lubang

vagina Tante Betty. Tante Betty juga segera merasa lemas. Ia pun segera menahan

badannya pada sandaran sofa. Posisinya seperti orang yang akan naik kuda.



"Eenghh..., nikmat, terussshh", desah Tante Betty sambil memejamkan mata. Randy

memegangi pinggang tantenya dan terus menyodok-nyodokan penisnya ke vagina Tante

Betty. Penisnya terasa seperti dipijat-pijat dan disedot-sedot. Ia kemudian ikut

membungkukkan badan agar tangannya dapat meremas buah dada Tante Betty yang

ranum menggantung.



Gerakan mereka makin lama makin cepat. Tante Betty sudah tertelungkup di

sandaran sofa dan Randy menyetubuhinya dari belakangnya. Kenikmatan itu semakin

membuat ia lupa urusan kantornya.

"Terusshh, Ran..., enakkk", desah Tante Betty.



Beberapa saat kemudian Randy mempercepat gerakannya. Ia memeluk erat tubuh Tante

Betty namun pinggangya masih melakukan gerakan maju-mundur. Tiba-tiba tubuhnya

mengejang sambil penisnya disorongkan secara mendalam ke lubang kemaluan Tante

Betty. Ia telah sampai di pucak kenikmatan. "Cret.., cret.., cret", sperma Randy

membasahi lubang kemaluan Tante Betty. Ia kemudian menarik penisnya dan segera

menjatuhkan badannya ke sofa.



Tante Betty segera menaikkan celana dalamnya dan merapikan blus serta rok

mininya. Dilihatnya ponakannya memandang dengan mesra. Tampaknya kecanggungan

diantara mereka sudah luntur dan berganti hubungan dua lawan jenis yang saling

membutuhkan. Tante Betty pun mau tidak mau mulai mengakui bahwa ia tidak lagi

melihat Randy sebagai ponakannya namun tak lain sebagai pria yang mampu

memberikan kepuasan seksualnya.



"Udah, ya Tante ke kantor dulu", ucap Tante Betty sambil mendekati Randy. Mereka

berciuman dengan mesra seperti seorang kekasih. Setelah melihat jam di dinding,

Tante Betty segera beranjak ke garasi. Ia sudah terlambat sepuluh menit. Tak

lama kemudian deru suara mobil pun berbunyi dan semakin lama semakin menghilang.

Randy pun segera memakai celananya dan tertidur di sofa.





TAMAT

SUMBER INDAHNYA SUSAN, NIKMATNYA TANTE BETTY

0 komentar:

Posting Komentar

BEBAS BERKOMENTAR:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Arsip Blog

sex