Suasana rumah Tante Betty petang itu masih lengang. Hanya tampak satu sepeda
motor milik Randy dan sebuah mobil Kijang terbaru yang baru saja memasuki
garasi. Randy dan kakaknya, Susan, berlibur di rumah Tante Betty untuk mengisi
liburan kenaikan kelas. Tante Betty sebagai wanita karier sering merasa kesepian
karena ia belum bersuami. Ia sangat senang apabila ponakan-ponakannya berkunjung
ke rumahnya, apalagi sampai menginap lama seperti yang dilakukan anak dari kakak
pertama dan keduanya itu.
Susan baru saja pulang dari rumah Nina saat waktu menunjukkan pukul setengah
delapan malam. Melihat suasana rumah sedang kosong ia segera masuk kamar.
Matanya tampak sembab menandakan ia baru saja menangis. Meskipun jauh-jauh hari
Susan sudah merasakan perubahan sikap Ari, namun tetap saja kaget dengan
keputusan kekasihnya itu untuk tidak meneruskan hubungan mereka lagi. Apalagi di
telepon tadi, Ari yang mengatakan bahwa mereka tidak cocok seperti dibuat-buat
saja. Tapi Susan juga bukan gadis yang lemah. Baginya, tidak ada alasan baginya
untuk menjadi gadis yang cengeng diusianya yang telah menginjak delapan belas.
Pintu kamar Susan tiba-tiba saja terbuka. Kepala Randy muncul dari balik pintu
sambil tersenyum.
"Baru datang, Kak?", tanya Randy sambil ngeloyor masuk meski kakaknya sedang
berganti pakaian. Randy berjalan acuh tak acuh.
"Iya?", jawab Susan singkat. Pikirannya masih sumpek dengan kejadian tadi siang.
Segera saja direbahkan badannya di kasur setelah mengganti baju perginya dengan
daster tipis.
"Kok, lesu gitu..., Kenapa?", Randy yang baru kelas dua SMP itu menghampiri
Susan. Ia juga kemudian merebahkan badannya disamping kakaknya tersebut. Susan
hanya diam saja seolah tidak mendengar pertanyaan adiknya. Matanya menerawang
melihat langit-langit kamar. Randy pun akhirnya memperhatikan sepupunya
tersebut. Susan memang benar-benar cantik. Kadang-kadang ia merasa lebih senang
kalau Susan bukan saudaranya. Mungkin karena seringkali ia tanpa sadar mengagumi
tubuh Susan. Entah mengapa akhir-akhir ini minatnya terhadap wanita begitu
meningkat. Ia bahkan suka sekali melihat-lihat pose wanita di majalah
kosmopolitan milik kakaknya itu. Biasanya ia jadi terangsang dan onani di kamar
mandi.
"Sret...", Sepersekian detik posisi tangan Susan bergerak memangku kepalanya
sendiri dan tanpa ia sadari belahan baju di dadanya menjadi terbuka. Melihat hal
demikian Randy jadi sedikit canggung. Ia kebingungan sekaligus menyukai
pemandangan itu. Randy agak berdebar-debar ketika ia semakin jelas melihat lekuk
buah dada kakaknya yang tampak ranum dan indah. Apalagi tampak tonjolan puting
di balik daster tipis itu. Batang penisnya terasa sedikit mengeras.
Karena dorongan hasratnya, Randy memberanikan diri perlahan-lahan mendekati
tubuh Susan. Ia merangkul pinggang kakaknya tersebut. Merasakan sentuhan di
tubuhnya, membuat rasa sedih Susan semakin mendalam. Air matanya mulai keluar
dan ia segera membalikkan badan membelakangi adiknya. Ia tidak mau menangis di
hadapan Randy. Posisi demikian membuat Randy bisa merangkul Susan dengan leluasa
dari belakang.
"Kamu cantik deh..., malam ini..", ucap Randy tanpa sadar. Susan pun hanya diam
saja. Yang ia butuhkan saat ini hanyalah ada orang yang menyayanginya.
Randy kemudian melingkarkan tangannya ke pinggang Susan. Gadis yang merasa
sedang bersedih itu sedikit bergerak lebih mendekatkan badannya ke dalam pelukan
Randy. Ia ingin ada orang yang menghiburnya disaat-saat seperti ini. Respon
Susan ini membuat Randy berani menggerakan tangannya dengan lembut untuk
menyentuh bagian bawah buah dada sepupunya. Susan hanya memejamkan mata saja.
Posisi tubuh yang berhimpitan itu membuat pikiran Randy semakin tidak menentu.
Apalagi batang penisnya yang berhimpitan dengan pantat Susan. Perlahan ia mulai
meremas dengan halus buah dada sepupunya tersebut.
Susan pun dalam keadaan sedang sedih menjadi merasa sangat tenang karena adiknya
seperti mengerti kesedihannya. Ia tahan terhadap seorang sepupu. Ia juga
membiarkan telapak tangan Randy membelai-belai buah dadanya yang memang tidak
memakai beha. Belaian Randy pada bagian tubuhnya yang sensitif tersebut membuat
jantung Susan sedikit berdebar-debar. Tapi ia segera menganggap wajar sentuhan
kasih sayang sepupunya tersebut.
Randy pun mulai berani menciumi bagian tengkuk leher Susan sambil memasukkan
tangannya ke dalam daster Susan. Perasaan Susan menjadi sedikit tidak karuan. Ia
mulai menyadari bahwa sentuhan sepupunya bukan lagi sentuhan kasih sayang, tapi
di satu sisi ia amat menikmati sentuhan itu. Terutama remasan telapak tangan
Randy terhadap puting susunya. Perasaan sedih yang sedang ia alami seperti
berganti dengan keinginan untuk terus dibelai. Ia ingin menghentikan Randy,
namun sentuhan itu membangkitkan perasaan lain dalam kesedihannya. Sentuhan-sentuhan
halus itu membuat bulu tengkuknya berdiri. Buah dadanya pun menjadi agak
mengeras oleh karena sentuhan dan remasan lembut tangan Randy.
"Ran, mmh..., udah ah..., aku kegelian", akhirnya Susan berusaha menyudahi
aktivitas itu.
"Ah, aku kan sayang sama kamu", sahut Randy sambil sedikit ngos-ngosan. Ia masih
saja merabai tubuh sepupunya. "Engh, badanku jadi lemas semua nih", tanpa sadar
Susan berucap sambil setengah merengek. Kemaluannya bagian bawah pun mulai
terasa hangat dan lembab.
Randy tidak menghiraukan perkataan sepupunya tersebut, ia masih terus meremas-remas
payudara Susan. Malah ia mulai memasukkan satu tangannya ke dalam celana dalam
sepupunya. Bulu-bulu halus di kemaluan Susan pun terasa di telapak tangan Randy.
Iapun menyentuh bibir vagina sepupunya itu. Susan menggelinjang. Nafasnya mulai
tidak terkontrol. Kesadarannya pun mulai hilang. Sekilas ia hanya menyadari
bahwa ia sedang dicumbui oleh sepupunya sendiri. Kemaluannya sudah mulai
berdenyut-denyut.
Randy secara lembut namun penuh nafsu mulai merebahkan tubuh Susan. Kemaluannya
seperti ingin membutuhkan sesuatu. Ditindihnya tubuh sepupunya dengan birahi
yang mulai tidak terkontrol. Segera saja ia buka kancing daster sepupunya.
Tampak dengan jelas kedua belah buah dada sepupunya yang indah itu dengan
putingnya yang telah berdiri tegak. Ia langsung mengulumi puting buah dada
sepupunya tersebut.
"Ran..., ngmhhnghh..., udah dong..., ssshh", ucap Susan ketika sekilas
kesadarannya datang. Namun Randy sudak asyik dengan aktivitas birahinya.
Lidahnya mempermainkan puting susu sepupunya dengan penuh perasaan. Mata Susan
terpejam dan tangannya membelai kepala Randy, merasakan kenikmatan jilatan-jilatannya.
Randy akhirnya mulai tak sabar, ditariknya turun celana dalam sepupunya
tersebut. Susan sudah benat-benar dikuasai nafsu. Ia tidak sadar ketika celana
dalamnya terlepas. Randy pun segera memelorotkan celana pendeknya sendiri sampai
batang penisnya terlihat tegak. Dikangkangkannya kedua kaki Susan dengan
perlahan. Kemualuannya segera ia arahkan ke dalam pangkal paha Susan. "Sleep!",
Setengah detik kemudian kemaluan Randy mulai memasuki liang vagina Susan. Terasa
hangat dan empuk. Sesaat Susan seperti tersadar apa yang sedang terjadi, namun
kesadarannya langsung hilang ketika Randy mulai menggerakan pinggangnya naik
turun.
Napas Randy semakin ngos-ngosan tatkala tubuhnya mulai bergerak menindih tubuh
sepupunya yang mulus itu. Buah dada Susan bergoyang-goyang karena gerakan
sodokan Randy terhadap tubuhnya. Semuanya seperti tidak dapat dihentikan begitu
saja. Kesadaran Susan pun telah musnah berganti kebutuhan untuk dicumbui. Ia
akhirnya juga merespon gerakkan yang dilakukan sepupunya tersebut. Kemaluannnya
berdenyut-denyut ketika penis sepupunya terus bergerak dalam liang kemaluannya.
Pinggangnya bergerak berputar-putar dan sambil merintih penuh rasa nikmat.
"Ran..., nghh enghhnak.., enghh terusshhssshh", rintih Susan dalam kenikmatan.
Desahan Susan membuat nafsu Randy semakin menjadi-jadi. Ia sama sekali tidak
menyadari bahwa gadis yang sedang ia setubuhi adalah kakak sepupunya sendiri.
Konsentrasi Randy hanyalah pada gerakan tubuhnya yang maju mundur. Batang
penisnya seperti dipijit-pijit di dalam lubang kemaluan Susan. Ia semakin
mempercepat gerakannnya karena terasa sesuatu yang mendesak batang kemaluannya.
"Engghh..., yang..., engghh lebihhss kerasssh..ssshh", Susan mendesah merasa
saat itu dirinya telah membubung tinggi. Randy semakin mempercepat gerakannya.
Bunyi kecepak-kecepuk menjadi semakin berirama. Randy merasa kemaluannya seperti
akan meledak. Gerakannya kini telah menjadi hentakan-hentakan. Susan masih terus
memeluk erat tubuh sepupunya sambil matanya terus terpejam.
"Esshh..., Ahh..., ahh..ampirr..., ashh", Susan mendesah-desah. Ia merasa
tubuhnya sudah hampir mencapai puncak. Gerakan tubuh keduanya menjadi sangat
cepat.
Tiba-tiba Randy menghentakkan badannya dengan keras dan lama ke dalam tubuh
sepupunya. Kedua tubuh itu tampak bergetar. Tangan Susan pun memeluk tubuh Randy
tak kalah eratnya. Keduanya telah sampai dipuncak kenikmatan.
Adegan kedua sepupu itu tanpa disadari sebenarnya dilihat oleh Tante Betty dari
balik pintu. Tante Betty benar-benar bingung dengan apa yang dilihatnya. Ia
sebenarnya ingin segera memasuki kamar itu namun ia segera menyadari bahwa hal
itu dapat memperburuk keadaan. Beberapa saat kemudian Tante Betty melihat
keduanya tampak tertidur. Kedua ponakannya itu terkulai lemas dalam keadaan
telanjang. Dengan perlahan ia memasuki kamar itu dan mendekati ranjang tempat
dua ponakannya tertidur lelap.
Ia mulai menatap wajah kedua ponakannya dengan rasa galau. Mungkin karena aku
terlalu sibuk sehingga hal ini sampai terjadi ucapnya dalam hati. Dengan
perlahan ia mulai menaiki kasur dan mendekatkan badannya pada tubuh Susan.
Dipeluknya gadis ponakannya itu dengan penuh rasa kasih sayang. Melihat tubuh
gad
Indahnya Susan, Nikmatnya Tante Betty 02
Merasakan apa yang baru saja dilakukan tantenya terhadap penisnya, Randy menjadi
berani. Dibukanya ritsluiting atas daster tantenya. Tampak di depan matanya buah
dada yang lebih besar dari kepunyaan Susan. Tampak pula tonjolan mungil puting
Tante Betty yang berwarna merah kecoklat-coklatan. Randy sudah tidak sabar. Ia
langsung mengulum puting susu tantenya yang sudah mulai menegang itu. Buah dada
tantenya pun mulai terasa mengeras.
Tante Betty kebingungan dengan apa yang dilakukan ponakannya itu. Sekilas hampir
saja ia beranjak bangun. Seharusnya ia menegur yang dilakukan ponakannya itu.
Tapi jangan-jangan ia tahu apa yang tadi kulakukan, pikir Tante Betty. Ia
menjadi takut sendiri kalau hal itu benar-benar terjadi. Pasti bisa memalukan
dirinya jika ponakannya melapor pada mamanya.
Akhirnya dengan pasrah, Tante Betty tetap berpura-pura tidur. Apalagi sentuhan
lidah Randy pada putingnya membawa kenikmatan yang luas biasa. Bahkan ia mulai
menikmati sepenuhnya ketika kuluman Randy disertai gigitan kecil. Tante Betty
pun mengigit bibir karena cumbuan ponakannya.
"Ssshh...", tanpa sadar Tante Betty mendesah penuh kenikmatan saat Randy
mengulum puting buah dadanya. Ia pun memegangi kepala ponakannya dengan penuh
kelembutan seperti tidak boleh membiarkan aktivitas itu berhenti. Kesadarannya
mulai kabur dan seluruh sendi tubuhnya menjadi sangat lemas.
Randy tahu bahwa tantenya berpura-pura tidur. Ia juga tahu kalau tantenya benar-benar
menikmati semua yang dia lakukan pada tubuh tantenya itu. Hal ini semakin
membangkitkan keberaniannya. Ia segera membuka daster Tante Betty sambil terus
mengulum puting serta meremas-remas tubuh Tante Betty. Dijilatinya seluruh tubuh
tantenya.
"Enghh..., ahhng..., ahh..., ngggssssh", Tante Betty mendesah tanpa mampu
menahan apa yang dilakukan ponakannya tersebut. Tubuhnya seperti tidak mau
berhenti dijilati. Saat ini dia hanya ingin terus disentuh dengan penuh
kemesraan.
Napas Randy mulai ngos-ngosan. Kebutuhannya untuk memuaskan dorongan
kebutuhannya membuat ia segera membuka celana dalam Tante Betty. Pemandangan
bulu-bulu halus di sekitar kemaluan tantenya membuat Randy semakin bernafsu.
Diarahkan batang penisnya ke dalam selangkangan tante Betty.
"Sleep!", Batang Penisnya pun telah masuk ke dalam lubang kemaluan tantenya.
Tante Betty merasakan tubuhnya dimasuki sesuatu yang terasa luar biasa enaknya.
Matanya terpejam sangat dalam. Tubuhnya mulai merespon gerakan naik turun Randy.
Nafasnya tidak teratur dipenuhi dengan dorongan nafsu yang mulai tinggi.
"Aahh..., essshh..., ahh", Tante Betty mulai mengerang kenikmatan. Ia pun
memegangi pantat Randy untuk membantu gerakan naik turun. Mendengar suara
desahan-desahan Susan pun terbangun. Ia sedikit terhenyak melihat tubuh tantenya
dalam keadaan telanjang ditindih oleh Randy. Dilihatnya Randy dengan penuh nafsu
menyetubuhi Tante Betty. Susan pun agak bingung bahwa Tantenya itu justru
merepon dengan desahan-desahan. Tangan Randy memegangi paha Tante Betty dan
pinggangnya terus bergerak di sela-sela selangkangan tantenya itu. Melihat
adegan sepupu serta desahan tantenya dalam ruangan yang remang-remang ini
membuat Susan mulai terangsang.
Tanpa sadar Susan mendekati wajah tantenya itu. Diciumnya bibir Tante Betty.
Tante Betty pun dalam keadaan yang sudah di awang-awang segera merespon ciuman
itu dengan lumatan yang penuh birahi. Randy sudah asyik dengan aktivitas maju-mundur
untuk meningkatkan kenikmatannya.
"Eng..., sssh..., nikmat..., Ran", desah Susan sambil disela-sela ciumannya
dengan Tante Betty. Penis Randy terasa semakin tersedot-sedot. Suara kecepak
kecepok menjadi semakin keras dan berirama sering dengan gerakan Penis Randy
memasuki liang vagina Tante Betty.
Susan semakin larut dengan permainan tante dan sepupunya itu. Vaginanya pun
telah menjadi basah karena terangsang melihat adegan sepupu dan tantenya itu.
Kepala Susan kemudian bergerak turun. Bibirnya mengulum puting dan tangannya
meremas-remas buah dada tantenya.
"Enghsss..., enghh..., terusshhin..., engshh", Tante Betty semakin merasa
terbang di awang-awang. Gerakan Randy membuat vaginanya terasa sangat nikmat.
Jilatan lidah Susan pada putingnya semakin membuat nafsunya menjadi-jadi.
Nafasnya menjadi semakin tidak teratur. Cumbuan kedua ponakannya memenuhi
kebutuhan seksualnya yang sudah tertahan belasan tahun. Tubuhnya pun ikut maju-mundur
seiring dengan gerakan Randy. Ia pun semakin mempererat pelukannya pada Randy.
Gerakan maju-mundur Randy diimbangi dengan gerakan bergoyang-goyang oleh Tante
Betty. Aktivitas ini membuat ia merasa ada sesuatu yang mendesak. Tante Betty
semakin mempercepat goyangannya. Ia memeluk Randy sangat erat sambil terus
mengoyangkan pinggulnya dengan cepat. Tiba-tiba tubuh Tante Betty menegang dan
vaginanya berdenyut-denyut seperti meledakkan sesuatu. Ia merasa tubuhnya hancur
berkeping-keping dalam kenikmatan.
"Ran..., ganti aku aja..., Tante udah lemas tuh", ucap Susan tanpa malu-malu. Ia
segera mengangkangkan kakinya. Nafsunya sudah memuncak dan harus dipenuh.
Seluruh bagian tubuhnya seperti menuntut untuk dicumbui.
Randy pun menarik penis dari kemaluan tantenya yang telah terkulai itu.
Diarahkannya batang kemaluannya itu ke arah lubang kemaluan Susan yang telah
mengangkang itu. "Sleep!", Penisnya langsung terasa tersedot-sedot. Ditindihnya
tubuh sepupunya itu.
Mereka sudah dikuasai oleh birahi yang tak tertahankan. Kebutuhan itu saling
memuaskan membuat tidak ada lagi kecanggungan diantara mereka. Randy menciumi
buah dada Susan sambil pinggang melakukan gerakan naik turun. Susan melingkarkan
tangannya pada punggung Randy.
"Enghh terusshh..., Ran..., masukin terus..., enggsshh", desah Susan sambil
matanya masih terus terpejam. Dengan perlahan Randy menarik tubuh Susan agar
duduk di atas pinggang Randy. Posisi ini semakin membuat penis Randy lebih bisa
masuk lebih dalam lagi. Tangan Randy memegangi pantat sepupunya itu. Susan juga
merasa vaginanya terisi lebih penuh oleh batang kemaluan Randy.
Randy semakin merasa penisnya disedot-sedot oleh kemaluan sepupunya. Susan yang
berada di atas tubuh Randy mulai menggerakkan bandannya. Keduanya telah larut
dalam gerakan berirama. Randy semakin memperdalam gerakannya pada selangkangan
sepupunya. Susan pun mencontoh gerakan tantenya dengan menggoyang-goyang
pinggangnya.
"Enghh..., terus..., Ran..., Enghh enaahkk", mata Susan terpejam dan bibirnya
mendesah. Randy terus menggerakan pinggangnya semakin cepat. Goyangan Susan pun
menjadi samakin cepat pula. Kedua tubuh itu telah menyatu dalam kebutuhan yang
tak tertahankan. Vaginanya terasa semakin berdenyut-denyut oleh sodokan-sodokan
penis sepupunya itu.
"Lebihh kerashh..., enghh lagi", Susan merasakan tubuhnya akan meledak. Gerakan
keduanya menjadi semakin cepat dan keras. Tiba-tiba saja tubuh keduanya menegang
secara bersamaan tanda mereka mencapai puncak kenimatan bersamaan. Beberapa saat
kemudian ketiganya sudah tertidur pulas dalam keadaan telanjang
Peristiwa semalam tampaknya dianggap seperti tidak pernah ada oleh Tante Betty.
Saat makan pagi, tante Betty tampak berusaha bersikap santai.
"Ran, kamu mau kemana hari ini", tanya Tante Betty sambil mengoleskan mentega
pada roti tawarnya. Ia sudah mengenakan busana kerja. Blus krem dan rok span
abu-abu.
"Mungkin ke toko buku, ada novel Shedney Shieldon yang baru", ucap Randy sambil
berpura-pura membaca koran. Ia masih sungkan dengan Tante Betty mengingat apa
yang dilakukannya semalam. Ia takut kalau sampai Tante Betty lapor ke mamanya.
Bisa-bisa aku dibunuh oleh Papa, pikirnya.
"Kalau gitu ini buat beli novelnya", ucap Tante Betty sambil menyodorkan dua
lembar uang lima puluh ribuan. Randy pun mendongakan kepalanya sambil terheran-heran.
Dilihatnya Tante Betty mengangguk. Tanda ia harus menerima uang itu.
"Makasih ya, Tante", ucap Randy sambil menyorongkan badannya memeluk Tante
Betty, Merekapun berangkulan erat.
Tiba-tiba Tante Betty berbisik", Yang tadi malem jangan kasih tau siapa-siapa
ya, Ran".
"Iya, Tante". Kemaluan Randy terasa mengeras.
"Terus kalau Randy takut tidur sendirian, tidur di kamar Tante aja ya", ucap
Tante Betty dengan nada datar. Ia tidak mau Randy menangkap keinginannya. Namun
bagi Randy kata-kata itu seperti undangan yang sangat jelas maksudnya.
Randy pun sedikit melonggarkan pelukannya dan melihat wajah Tante Betty tampak
agak memerah. Hasrat untuk melakukan aktivitas seperti semalam menggelegak dalam
dirinya. Tanpa sadar diciumnya bibir Tante Betty. Pertama lembut namun kemudian
semakin ganas. Kebutuhannya mulai tak tertahankan. Tante Betty sempat gelagapan
dengan apa yang dilakukan oleh Randy. Ia tidak mengira Randy sudah berani
terang-terangan. Namun sekian detik kemudian ia mulai membalas ciuman itu.
Mereka saling melumat lidah dan menghisap. Ia bahkan membiarkan tangan Randy
membuka kancing blusnya. Tangan Randy segera menyisihkan BH dan meremasi buah
dadanya. Semakin lama buah dada itu terasa mengeras.
"Sudah, Ran. Tante mau ke kantor", ucap Tante Betty sambil berpura-pura tidak
mau. Namun tampaknya Randy tidak peduli. Ia mulai menciumi leher tante Betty
dengan lembut. Tangannya yang satu bahkan mulai mengangkat span abu-abu itu
hingga celana dalam tante Betty terlihat. Tangan Randy pun mulai menggerayangi
sesuatu yang ada di balik celana dalam itu.
"Ash..., neghh, udah, Ran", desah Tante Betty. Ia tidak ingin terlambat. Tender
proyek dua M itu bisa hilang, pikir tante Betty. Namun apa yang dilakukan
ponakannya ini benar-benar terasa nikmat. Akhirnya ia membalikkan badan dan
segera menurunkan celana dalamnya.
"Udah, Ran dari belakang aja", ucap Tante Betty sunguh-sungguh. Rani, teman
kantornya, pernah mengatakan kalau pria bersetubuh lewat belakang akan cepat
ejakulasi. Paling tidak ia masih sempat merasakan persetubuhan dan tidak
terlambat ke kantor.
Kesempatan itu tidak disia-siakan Randy. Dipelorotkannya celana pendeknya.
Batang penisnya tampak sudah sangat tegang. Perlahan diarahkannya penisnya ke
vagina Tante Betty. "Sleppp!", Penis Randy mulai memasuki lubang kemaluan Tante
Betty. Lututnya seperti hampir copot ketika penis itu masuk ke dalam lubang
vagina Tante Betty. Tante Betty juga segera merasa lemas. Ia pun segera menahan
badannya pada sandaran sofa. Posisinya seperti orang yang akan naik kuda.
"Eenghh..., nikmat, terussshh", desah Tante Betty sambil memejamkan mata. Randy
memegangi pinggang tantenya dan terus menyodok-nyodokan penisnya ke vagina Tante
Betty. Penisnya terasa seperti dipijat-pijat dan disedot-sedot. Ia kemudian ikut
membungkukkan badan agar tangannya dapat meremas buah dada Tante Betty yang
ranum menggantung.
Gerakan mereka makin lama makin cepat. Tante Betty sudah tertelungkup di
sandaran sofa dan Randy menyetubuhinya dari belakangnya. Kenikmatan itu semakin
membuat ia lupa urusan kantornya.
"Terusshh, Ran..., enakkk", desah Tante Betty.
Beberapa saat kemudian Randy mempercepat gerakannya. Ia memeluk erat tubuh Tante
Betty namun pinggangya masih melakukan gerakan maju-mundur. Tiba-tiba tubuhnya
mengejang sambil penisnya disorongkan secara mendalam ke lubang kemaluan Tante
Betty. Ia telah sampai di pucak kenikmatan. "Cret.., cret.., cret", sperma Randy
membasahi lubang kemaluan Tante Betty. Ia kemudian menarik penisnya dan segera
menjatuhkan badannya ke sofa.
Tante Betty segera menaikkan celana dalamnya dan merapikan blus serta rok
mininya. Dilihatnya ponakannya memandang dengan mesra. Tampaknya kecanggungan
diantara mereka sudah luntur dan berganti hubungan dua lawan jenis yang saling
membutuhkan. Tante Betty pun mau tidak mau mulai mengakui bahwa ia tidak lagi
melihat Randy sebagai ponakannya namun tak lain sebagai pria yang mampu
memberikan kepuasan seksualnya.
"Udah, ya Tante ke kantor dulu", ucap Tante Betty sambil mendekati Randy. Mereka
berciuman dengan mesra seperti seorang kekasih. Setelah melihat jam di dinding,
Tante Betty segera beranjak ke garasi. Ia sudah terlambat sepuluh menit. Tak
lama kemudian deru suara mobil pun berbunyi dan semakin lama semakin menghilang.
Randy pun segera memakai celananya dan tertidur di sofa.
TAMAT
SUMBER
INDAHNYA SUSAN, NIKMATNYA TANTE BETTY
motor milik Randy dan sebuah mobil Kijang terbaru yang baru saja memasuki
garasi. Randy dan kakaknya, Susan, berlibur di rumah Tante Betty untuk mengisi
liburan kenaikan kelas. Tante Betty sebagai wanita karier sering merasa kesepian
karena ia belum bersuami. Ia sangat senang apabila ponakan-ponakannya berkunjung
ke rumahnya, apalagi sampai menginap lama seperti yang dilakukan anak dari kakak
pertama dan keduanya itu.
Susan baru saja pulang dari rumah Nina saat waktu menunjukkan pukul setengah
delapan malam. Melihat suasana rumah sedang kosong ia segera masuk kamar.
Matanya tampak sembab menandakan ia baru saja menangis. Meskipun jauh-jauh hari
Susan sudah merasakan perubahan sikap Ari, namun tetap saja kaget dengan
keputusan kekasihnya itu untuk tidak meneruskan hubungan mereka lagi. Apalagi di
telepon tadi, Ari yang mengatakan bahwa mereka tidak cocok seperti dibuat-buat
saja. Tapi Susan juga bukan gadis yang lemah. Baginya, tidak ada alasan baginya
untuk menjadi gadis yang cengeng diusianya yang telah menginjak delapan belas.
Pintu kamar Susan tiba-tiba saja terbuka. Kepala Randy muncul dari balik pintu
sambil tersenyum.
"Baru datang, Kak?", tanya Randy sambil ngeloyor masuk meski kakaknya sedang
berganti pakaian. Randy berjalan acuh tak acuh.
"Iya?", jawab Susan singkat. Pikirannya masih sumpek dengan kejadian tadi siang.
Segera saja direbahkan badannya di kasur setelah mengganti baju perginya dengan
daster tipis.
"Kok, lesu gitu..., Kenapa?", Randy yang baru kelas dua SMP itu menghampiri
Susan. Ia juga kemudian merebahkan badannya disamping kakaknya tersebut. Susan
hanya diam saja seolah tidak mendengar pertanyaan adiknya. Matanya menerawang
melihat langit-langit kamar. Randy pun akhirnya memperhatikan sepupunya
tersebut. Susan memang benar-benar cantik. Kadang-kadang ia merasa lebih senang
kalau Susan bukan saudaranya. Mungkin karena seringkali ia tanpa sadar mengagumi
tubuh Susan. Entah mengapa akhir-akhir ini minatnya terhadap wanita begitu
meningkat. Ia bahkan suka sekali melihat-lihat pose wanita di majalah
kosmopolitan milik kakaknya itu. Biasanya ia jadi terangsang dan onani di kamar
mandi.
"Sret...", Sepersekian detik posisi tangan Susan bergerak memangku kepalanya
sendiri dan tanpa ia sadari belahan baju di dadanya menjadi terbuka. Melihat hal
demikian Randy jadi sedikit canggung. Ia kebingungan sekaligus menyukai
pemandangan itu. Randy agak berdebar-debar ketika ia semakin jelas melihat lekuk
buah dada kakaknya yang tampak ranum dan indah. Apalagi tampak tonjolan puting
di balik daster tipis itu. Batang penisnya terasa sedikit mengeras.
Karena dorongan hasratnya, Randy memberanikan diri perlahan-lahan mendekati
tubuh Susan. Ia merangkul pinggang kakaknya tersebut. Merasakan sentuhan di
tubuhnya, membuat rasa sedih Susan semakin mendalam. Air matanya mulai keluar
dan ia segera membalikkan badan membelakangi adiknya. Ia tidak mau menangis di
hadapan Randy. Posisi demikian membuat Randy bisa merangkul Susan dengan leluasa
dari belakang.
"Kamu cantik deh..., malam ini..", ucap Randy tanpa sadar. Susan pun hanya diam
saja. Yang ia butuhkan saat ini hanyalah ada orang yang menyayanginya.
Randy kemudian melingkarkan tangannya ke pinggang Susan. Gadis yang merasa
sedang bersedih itu sedikit bergerak lebih mendekatkan badannya ke dalam pelukan
Randy. Ia ingin ada orang yang menghiburnya disaat-saat seperti ini. Respon
Susan ini membuat Randy berani menggerakan tangannya dengan lembut untuk
menyentuh bagian bawah buah dada sepupunya. Susan hanya memejamkan mata saja.
Posisi tubuh yang berhimpitan itu membuat pikiran Randy semakin tidak menentu.
Apalagi batang penisnya yang berhimpitan dengan pantat Susan. Perlahan ia mulai
meremas dengan halus buah dada sepupunya tersebut.
Susan pun dalam keadaan sedang sedih menjadi merasa sangat tenang karena adiknya
seperti mengerti kesedihannya. Ia tahan terhadap seorang sepupu. Ia juga
membiarkan telapak tangan Randy membelai-belai buah dadanya yang memang tidak
memakai beha. Belaian Randy pada bagian tubuhnya yang sensitif tersebut membuat
jantung Susan sedikit berdebar-debar. Tapi ia segera menganggap wajar sentuhan
kasih sayang sepupunya tersebut.
Randy pun mulai berani menciumi bagian tengkuk leher Susan sambil memasukkan
tangannya ke dalam daster Susan. Perasaan Susan menjadi sedikit tidak karuan. Ia
mulai menyadari bahwa sentuhan sepupunya bukan lagi sentuhan kasih sayang, tapi
di satu sisi ia amat menikmati sentuhan itu. Terutama remasan telapak tangan
Randy terhadap puting susunya. Perasaan sedih yang sedang ia alami seperti
berganti dengan keinginan untuk terus dibelai. Ia ingin menghentikan Randy,
namun sentuhan itu membangkitkan perasaan lain dalam kesedihannya. Sentuhan-sentuhan
halus itu membuat bulu tengkuknya berdiri. Buah dadanya pun menjadi agak
mengeras oleh karena sentuhan dan remasan lembut tangan Randy.
"Ran, mmh..., udah ah..., aku kegelian", akhirnya Susan berusaha menyudahi
aktivitas itu.
"Ah, aku kan sayang sama kamu", sahut Randy sambil sedikit ngos-ngosan. Ia masih
saja merabai tubuh sepupunya. "Engh, badanku jadi lemas semua nih", tanpa sadar
Susan berucap sambil setengah merengek. Kemaluannya bagian bawah pun mulai
terasa hangat dan lembab.
Randy tidak menghiraukan perkataan sepupunya tersebut, ia masih terus meremas-remas
payudara Susan. Malah ia mulai memasukkan satu tangannya ke dalam celana dalam
sepupunya. Bulu-bulu halus di kemaluan Susan pun terasa di telapak tangan Randy.
Iapun menyentuh bibir vagina sepupunya itu. Susan menggelinjang. Nafasnya mulai
tidak terkontrol. Kesadarannya pun mulai hilang. Sekilas ia hanya menyadari
bahwa ia sedang dicumbui oleh sepupunya sendiri. Kemaluannya sudah mulai
berdenyut-denyut.
Randy secara lembut namun penuh nafsu mulai merebahkan tubuh Susan. Kemaluannya
seperti ingin membutuhkan sesuatu. Ditindihnya tubuh sepupunya dengan birahi
yang mulai tidak terkontrol. Segera saja ia buka kancing daster sepupunya.
Tampak dengan jelas kedua belah buah dada sepupunya yang indah itu dengan
putingnya yang telah berdiri tegak. Ia langsung mengulumi puting buah dada
sepupunya tersebut.
"Ran..., ngmhhnghh..., udah dong..., ssshh", ucap Susan ketika sekilas
kesadarannya datang. Namun Randy sudak asyik dengan aktivitas birahinya.
Lidahnya mempermainkan puting susu sepupunya dengan penuh perasaan. Mata Susan
terpejam dan tangannya membelai kepala Randy, merasakan kenikmatan jilatan-jilatannya.
Randy akhirnya mulai tak sabar, ditariknya turun celana dalam sepupunya
tersebut. Susan sudah benat-benar dikuasai nafsu. Ia tidak sadar ketika celana
dalamnya terlepas. Randy pun segera memelorotkan celana pendeknya sendiri sampai
batang penisnya terlihat tegak. Dikangkangkannya kedua kaki Susan dengan
perlahan. Kemualuannya segera ia arahkan ke dalam pangkal paha Susan. "Sleep!",
Setengah detik kemudian kemaluan Randy mulai memasuki liang vagina Susan. Terasa
hangat dan empuk. Sesaat Susan seperti tersadar apa yang sedang terjadi, namun
kesadarannya langsung hilang ketika Randy mulai menggerakan pinggangnya naik
turun.
Napas Randy semakin ngos-ngosan tatkala tubuhnya mulai bergerak menindih tubuh
sepupunya yang mulus itu. Buah dada Susan bergoyang-goyang karena gerakan
sodokan Randy terhadap tubuhnya. Semuanya seperti tidak dapat dihentikan begitu
saja. Kesadaran Susan pun telah musnah berganti kebutuhan untuk dicumbui. Ia
akhirnya juga merespon gerakkan yang dilakukan sepupunya tersebut. Kemaluannnya
berdenyut-denyut ketika penis sepupunya terus bergerak dalam liang kemaluannya.
Pinggangnya bergerak berputar-putar dan sambil merintih penuh rasa nikmat.
"Ran..., nghh enghhnak.., enghh terusshhssshh", rintih Susan dalam kenikmatan.
Desahan Susan membuat nafsu Randy semakin menjadi-jadi. Ia sama sekali tidak
menyadari bahwa gadis yang sedang ia setubuhi adalah kakak sepupunya sendiri.
Konsentrasi Randy hanyalah pada gerakan tubuhnya yang maju mundur. Batang
penisnya seperti dipijit-pijit di dalam lubang kemaluan Susan. Ia semakin
mempercepat gerakannnya karena terasa sesuatu yang mendesak batang kemaluannya.
"Engghh..., yang..., engghh lebihhss kerasssh..ssshh", Susan mendesah merasa
saat itu dirinya telah membubung tinggi. Randy semakin mempercepat gerakannya.
Bunyi kecepak-kecepuk menjadi semakin berirama. Randy merasa kemaluannya seperti
akan meledak. Gerakannya kini telah menjadi hentakan-hentakan. Susan masih terus
memeluk erat tubuh sepupunya sambil matanya terus terpejam.
"Esshh..., Ahh..., ahh..ampirr..., ashh", Susan mendesah-desah. Ia merasa
tubuhnya sudah hampir mencapai puncak. Gerakan tubuh keduanya menjadi sangat
cepat.
Tiba-tiba Randy menghentakkan badannya dengan keras dan lama ke dalam tubuh
sepupunya. Kedua tubuh itu tampak bergetar. Tangan Susan pun memeluk tubuh Randy
tak kalah eratnya. Keduanya telah sampai dipuncak kenikmatan.
Adegan kedua sepupu itu tanpa disadari sebenarnya dilihat oleh Tante Betty dari
balik pintu. Tante Betty benar-benar bingung dengan apa yang dilihatnya. Ia
sebenarnya ingin segera memasuki kamar itu namun ia segera menyadari bahwa hal
itu dapat memperburuk keadaan. Beberapa saat kemudian Tante Betty melihat
keduanya tampak tertidur. Kedua ponakannya itu terkulai lemas dalam keadaan
telanjang. Dengan perlahan ia memasuki kamar itu dan mendekati ranjang tempat
dua ponakannya tertidur lelap.
Ia mulai menatap wajah kedua ponakannya dengan rasa galau. Mungkin karena aku
terlalu sibuk sehingga hal ini sampai terjadi ucapnya dalam hati. Dengan
perlahan ia mulai menaiki kasur dan mendekatkan badannya pada tubuh Susan.
Dipeluknya gadis ponakannya itu dengan penuh rasa kasih sayang. Melihat tubuh
gad
Indahnya Susan, Nikmatnya Tante Betty 02
Merasakan apa yang baru saja dilakukan tantenya terhadap penisnya, Randy menjadi
berani. Dibukanya ritsluiting atas daster tantenya. Tampak di depan matanya buah
dada yang lebih besar dari kepunyaan Susan. Tampak pula tonjolan mungil puting
Tante Betty yang berwarna merah kecoklat-coklatan. Randy sudah tidak sabar. Ia
langsung mengulum puting susu tantenya yang sudah mulai menegang itu. Buah dada
tantenya pun mulai terasa mengeras.
Tante Betty kebingungan dengan apa yang dilakukan ponakannya itu. Sekilas hampir
saja ia beranjak bangun. Seharusnya ia menegur yang dilakukan ponakannya itu.
Tapi jangan-jangan ia tahu apa yang tadi kulakukan, pikir Tante Betty. Ia
menjadi takut sendiri kalau hal itu benar-benar terjadi. Pasti bisa memalukan
dirinya jika ponakannya melapor pada mamanya.
Akhirnya dengan pasrah, Tante Betty tetap berpura-pura tidur. Apalagi sentuhan
lidah Randy pada putingnya membawa kenikmatan yang luas biasa. Bahkan ia mulai
menikmati sepenuhnya ketika kuluman Randy disertai gigitan kecil. Tante Betty
pun mengigit bibir karena cumbuan ponakannya.
"Ssshh...", tanpa sadar Tante Betty mendesah penuh kenikmatan saat Randy
mengulum puting buah dadanya. Ia pun memegangi kepala ponakannya dengan penuh
kelembutan seperti tidak boleh membiarkan aktivitas itu berhenti. Kesadarannya
mulai kabur dan seluruh sendi tubuhnya menjadi sangat lemas.
Randy tahu bahwa tantenya berpura-pura tidur. Ia juga tahu kalau tantenya benar-benar
menikmati semua yang dia lakukan pada tubuh tantenya itu. Hal ini semakin
membangkitkan keberaniannya. Ia segera membuka daster Tante Betty sambil terus
mengulum puting serta meremas-remas tubuh Tante Betty. Dijilatinya seluruh tubuh
tantenya.
"Enghh..., ahhng..., ahh..., ngggssssh", Tante Betty mendesah tanpa mampu
menahan apa yang dilakukan ponakannya tersebut. Tubuhnya seperti tidak mau
berhenti dijilati. Saat ini dia hanya ingin terus disentuh dengan penuh
kemesraan.
Napas Randy mulai ngos-ngosan. Kebutuhannya untuk memuaskan dorongan
kebutuhannya membuat ia segera membuka celana dalam Tante Betty. Pemandangan
bulu-bulu halus di sekitar kemaluan tantenya membuat Randy semakin bernafsu.
Diarahkan batang penisnya ke dalam selangkangan tante Betty.
"Sleep!", Batang Penisnya pun telah masuk ke dalam lubang kemaluan tantenya.
Tante Betty merasakan tubuhnya dimasuki sesuatu yang terasa luar biasa enaknya.
Matanya terpejam sangat dalam. Tubuhnya mulai merespon gerakan naik turun Randy.
Nafasnya tidak teratur dipenuhi dengan dorongan nafsu yang mulai tinggi.
"Aahh..., essshh..., ahh", Tante Betty mulai mengerang kenikmatan. Ia pun
memegangi pantat Randy untuk membantu gerakan naik turun. Mendengar suara
desahan-desahan Susan pun terbangun. Ia sedikit terhenyak melihat tubuh tantenya
dalam keadaan telanjang ditindih oleh Randy. Dilihatnya Randy dengan penuh nafsu
menyetubuhi Tante Betty. Susan pun agak bingung bahwa Tantenya itu justru
merepon dengan desahan-desahan. Tangan Randy memegangi paha Tante Betty dan
pinggangnya terus bergerak di sela-sela selangkangan tantenya itu. Melihat
adegan sepupu serta desahan tantenya dalam ruangan yang remang-remang ini
membuat Susan mulai terangsang.
Tanpa sadar Susan mendekati wajah tantenya itu. Diciumnya bibir Tante Betty.
Tante Betty pun dalam keadaan yang sudah di awang-awang segera merespon ciuman
itu dengan lumatan yang penuh birahi. Randy sudah asyik dengan aktivitas maju-mundur
untuk meningkatkan kenikmatannya.
"Eng..., sssh..., nikmat..., Ran", desah Susan sambil disela-sela ciumannya
dengan Tante Betty. Penis Randy terasa semakin tersedot-sedot. Suara kecepak
kecepok menjadi semakin keras dan berirama sering dengan gerakan Penis Randy
memasuki liang vagina Tante Betty.
Susan semakin larut dengan permainan tante dan sepupunya itu. Vaginanya pun
telah menjadi basah karena terangsang melihat adegan sepupu dan tantenya itu.
Kepala Susan kemudian bergerak turun. Bibirnya mengulum puting dan tangannya
meremas-remas buah dada tantenya.
"Enghsss..., enghh..., terusshhin..., engshh", Tante Betty semakin merasa
terbang di awang-awang. Gerakan Randy membuat vaginanya terasa sangat nikmat.
Jilatan lidah Susan pada putingnya semakin membuat nafsunya menjadi-jadi.
Nafasnya menjadi semakin tidak teratur. Cumbuan kedua ponakannya memenuhi
kebutuhan seksualnya yang sudah tertahan belasan tahun. Tubuhnya pun ikut maju-mundur
seiring dengan gerakan Randy. Ia pun semakin mempererat pelukannya pada Randy.
Gerakan maju-mundur Randy diimbangi dengan gerakan bergoyang-goyang oleh Tante
Betty. Aktivitas ini membuat ia merasa ada sesuatu yang mendesak. Tante Betty
semakin mempercepat goyangannya. Ia memeluk Randy sangat erat sambil terus
mengoyangkan pinggulnya dengan cepat. Tiba-tiba tubuh Tante Betty menegang dan
vaginanya berdenyut-denyut seperti meledakkan sesuatu. Ia merasa tubuhnya hancur
berkeping-keping dalam kenikmatan.
"Ran..., ganti aku aja..., Tante udah lemas tuh", ucap Susan tanpa malu-malu. Ia
segera mengangkangkan kakinya. Nafsunya sudah memuncak dan harus dipenuh.
Seluruh bagian tubuhnya seperti menuntut untuk dicumbui.
Randy pun menarik penis dari kemaluan tantenya yang telah terkulai itu.
Diarahkannya batang kemaluannya itu ke arah lubang kemaluan Susan yang telah
mengangkang itu. "Sleep!", Penisnya langsung terasa tersedot-sedot. Ditindihnya
tubuh sepupunya itu.
Mereka sudah dikuasai oleh birahi yang tak tertahankan. Kebutuhan itu saling
memuaskan membuat tidak ada lagi kecanggungan diantara mereka. Randy menciumi
buah dada Susan sambil pinggang melakukan gerakan naik turun. Susan melingkarkan
tangannya pada punggung Randy.
"Enghh terusshh..., Ran..., masukin terus..., enggsshh", desah Susan sambil
matanya masih terus terpejam. Dengan perlahan Randy menarik tubuh Susan agar
duduk di atas pinggang Randy. Posisi ini semakin membuat penis Randy lebih bisa
masuk lebih dalam lagi. Tangan Randy memegangi pantat sepupunya itu. Susan juga
merasa vaginanya terisi lebih penuh oleh batang kemaluan Randy.
Randy semakin merasa penisnya disedot-sedot oleh kemaluan sepupunya. Susan yang
berada di atas tubuh Randy mulai menggerakkan bandannya. Keduanya telah larut
dalam gerakan berirama. Randy semakin memperdalam gerakannya pada selangkangan
sepupunya. Susan pun mencontoh gerakan tantenya dengan menggoyang-goyang
pinggangnya.
"Enghh..., terus..., Ran..., Enghh enaahkk", mata Susan terpejam dan bibirnya
mendesah. Randy terus menggerakan pinggangnya semakin cepat. Goyangan Susan pun
menjadi samakin cepat pula. Kedua tubuh itu telah menyatu dalam kebutuhan yang
tak tertahankan. Vaginanya terasa semakin berdenyut-denyut oleh sodokan-sodokan
penis sepupunya itu.
"Lebihh kerashh..., enghh lagi", Susan merasakan tubuhnya akan meledak. Gerakan
keduanya menjadi semakin cepat dan keras. Tiba-tiba saja tubuh keduanya menegang
secara bersamaan tanda mereka mencapai puncak kenimatan bersamaan. Beberapa saat
kemudian ketiganya sudah tertidur pulas dalam keadaan telanjang
Peristiwa semalam tampaknya dianggap seperti tidak pernah ada oleh Tante Betty.
Saat makan pagi, tante Betty tampak berusaha bersikap santai.
"Ran, kamu mau kemana hari ini", tanya Tante Betty sambil mengoleskan mentega
pada roti tawarnya. Ia sudah mengenakan busana kerja. Blus krem dan rok span
abu-abu.
"Mungkin ke toko buku, ada novel Shedney Shieldon yang baru", ucap Randy sambil
berpura-pura membaca koran. Ia masih sungkan dengan Tante Betty mengingat apa
yang dilakukannya semalam. Ia takut kalau sampai Tante Betty lapor ke mamanya.
Bisa-bisa aku dibunuh oleh Papa, pikirnya.
"Kalau gitu ini buat beli novelnya", ucap Tante Betty sambil menyodorkan dua
lembar uang lima puluh ribuan. Randy pun mendongakan kepalanya sambil terheran-heran.
Dilihatnya Tante Betty mengangguk. Tanda ia harus menerima uang itu.
"Makasih ya, Tante", ucap Randy sambil menyorongkan badannya memeluk Tante
Betty, Merekapun berangkulan erat.
Tiba-tiba Tante Betty berbisik", Yang tadi malem jangan kasih tau siapa-siapa
ya, Ran".
"Iya, Tante". Kemaluan Randy terasa mengeras.
"Terus kalau Randy takut tidur sendirian, tidur di kamar Tante aja ya", ucap
Tante Betty dengan nada datar. Ia tidak mau Randy menangkap keinginannya. Namun
bagi Randy kata-kata itu seperti undangan yang sangat jelas maksudnya.
Randy pun sedikit melonggarkan pelukannya dan melihat wajah Tante Betty tampak
agak memerah. Hasrat untuk melakukan aktivitas seperti semalam menggelegak dalam
dirinya. Tanpa sadar diciumnya bibir Tante Betty. Pertama lembut namun kemudian
semakin ganas. Kebutuhannya mulai tak tertahankan. Tante Betty sempat gelagapan
dengan apa yang dilakukan oleh Randy. Ia tidak mengira Randy sudah berani
terang-terangan. Namun sekian detik kemudian ia mulai membalas ciuman itu.
Mereka saling melumat lidah dan menghisap. Ia bahkan membiarkan tangan Randy
membuka kancing blusnya. Tangan Randy segera menyisihkan BH dan meremasi buah
dadanya. Semakin lama buah dada itu terasa mengeras.
"Sudah, Ran. Tante mau ke kantor", ucap Tante Betty sambil berpura-pura tidak
mau. Namun tampaknya Randy tidak peduli. Ia mulai menciumi leher tante Betty
dengan lembut. Tangannya yang satu bahkan mulai mengangkat span abu-abu itu
hingga celana dalam tante Betty terlihat. Tangan Randy pun mulai menggerayangi
sesuatu yang ada di balik celana dalam itu.
"Ash..., neghh, udah, Ran", desah Tante Betty. Ia tidak ingin terlambat. Tender
proyek dua M itu bisa hilang, pikir tante Betty. Namun apa yang dilakukan
ponakannya ini benar-benar terasa nikmat. Akhirnya ia membalikkan badan dan
segera menurunkan celana dalamnya.
"Udah, Ran dari belakang aja", ucap Tante Betty sunguh-sungguh. Rani, teman
kantornya, pernah mengatakan kalau pria bersetubuh lewat belakang akan cepat
ejakulasi. Paling tidak ia masih sempat merasakan persetubuhan dan tidak
terlambat ke kantor.
Kesempatan itu tidak disia-siakan Randy. Dipelorotkannya celana pendeknya.
Batang penisnya tampak sudah sangat tegang. Perlahan diarahkannya penisnya ke
vagina Tante Betty. "Sleppp!", Penis Randy mulai memasuki lubang kemaluan Tante
Betty. Lututnya seperti hampir copot ketika penis itu masuk ke dalam lubang
vagina Tante Betty. Tante Betty juga segera merasa lemas. Ia pun segera menahan
badannya pada sandaran sofa. Posisinya seperti orang yang akan naik kuda.
"Eenghh..., nikmat, terussshh", desah Tante Betty sambil memejamkan mata. Randy
memegangi pinggang tantenya dan terus menyodok-nyodokan penisnya ke vagina Tante
Betty. Penisnya terasa seperti dipijat-pijat dan disedot-sedot. Ia kemudian ikut
membungkukkan badan agar tangannya dapat meremas buah dada Tante Betty yang
ranum menggantung.
Gerakan mereka makin lama makin cepat. Tante Betty sudah tertelungkup di
sandaran sofa dan Randy menyetubuhinya dari belakangnya. Kenikmatan itu semakin
membuat ia lupa urusan kantornya.
"Terusshh, Ran..., enakkk", desah Tante Betty.
Beberapa saat kemudian Randy mempercepat gerakannya. Ia memeluk erat tubuh Tante
Betty namun pinggangya masih melakukan gerakan maju-mundur. Tiba-tiba tubuhnya
mengejang sambil penisnya disorongkan secara mendalam ke lubang kemaluan Tante
Betty. Ia telah sampai di pucak kenikmatan. "Cret.., cret.., cret", sperma Randy
membasahi lubang kemaluan Tante Betty. Ia kemudian menarik penisnya dan segera
menjatuhkan badannya ke sofa.
Tante Betty segera menaikkan celana dalamnya dan merapikan blus serta rok
mininya. Dilihatnya ponakannya memandang dengan mesra. Tampaknya kecanggungan
diantara mereka sudah luntur dan berganti hubungan dua lawan jenis yang saling
membutuhkan. Tante Betty pun mau tidak mau mulai mengakui bahwa ia tidak lagi
melihat Randy sebagai ponakannya namun tak lain sebagai pria yang mampu
memberikan kepuasan seksualnya.
"Udah, ya Tante ke kantor dulu", ucap Tante Betty sambil mendekati Randy. Mereka
berciuman dengan mesra seperti seorang kekasih. Setelah melihat jam di dinding,
Tante Betty segera beranjak ke garasi. Ia sudah terlambat sepuluh menit. Tak
lama kemudian deru suara mobil pun berbunyi dan semakin lama semakin menghilang.
Randy pun segera memakai celananya dan tertidur di sofa.
TAMAT
0 komentar:
Posting Komentar
BEBAS BERKOMENTAR: